Dari Pengasong Jasa Desain Layout, Penunggu Rumah Jurnal, sampai Tutor RJI

Pengasong Jasa Desain Layout

Sejak tahun 2009 saya mulai terlibat penanganan desain dan layout beberapa jurnal di UIN Walisongo, yang saat itu masih IAIN. Mulai dari jurnal Dimas, Wahana Akademika, dan Sawwa

Saya terlibat dalam penanganan Jurnal Walisongo mulai tahun 2012. Dalam program menuju akreditasi (saat itu masih versi cetak) beberapa kali dilibatkan sebagai peserta tidak resmi dalam beberapa workshop, untuk “menyerap ilmu” dari para narasumber salah satu di antaranya Prof. Nurcholis Setiawan, untuk diaplikasikan ke pengelolaan jurnal, terkait tata letak. Alhamdulillah pada Februari 2014 Jurnal Walisongo bisa terakreditasi peringkat B. Saat itu belum ada SINTA. Peringkat B, setara dengan SINTA 2.

Dalam perkembangan selanjutnya ada kebijakan bahwa jurnal harus dionlinekan lewat  Open Journal Systems (OJS). Saya mulai sedikit kenal OJS sekitar bulan Oktober 2015. Ketika itu LP2M mengadakan workshop yang diikuti oleh perwakilan redaksi jurnal-jurnal di UIN Walisongo. Workshop diselenggarakan dengan agenda pengisian konten web OJS karena beberapa waktu sebelumnya terjadi kerusakan server yang berakibat semua data jurnal “yang sudah ada” hilang.

Saya diikutkan di acara tersebut sebagai “peserta eksternal” yang diharapkan mampu “menyerap” apa yang disampaikan oleh narasumber. Yang menjadi narasumber saat itu Mas Muhammad Nida’ Fadlan “Journal Manager Plus" Jurnal Studia Islamika UIN Jakarta. Jadi secara keilmuan, OJS UIN Walisongo, sanad awalnya nyambung ke UIN Jakarta. Saya terkesan dengan cara beliau dalam menyampaikan materi ini tanpa PPT. Penggunaan PPT hanyalah untuk pengenalan. Cara seperti ini akhirnya saya tiru sampai sekarang. 

Saat itu saya, sebagai salah satu perwakilan jurnal Walisongo diminta maju ke meja depan (meja panitia) untuk mengikuti arahannya untuk dipraktekkan secara langsung, mulai dari login sebagai Journal Manager, lalu Create User, Enrollment, dan penyusunan struktur (Masthead), dan mengenalkan apa-apa yang harus diisikan pada setup 1-5. Saat itu diminta untuk melihat konten web OJS Studia Islamika. Setelah itu beralih ke fungsi editor. Mulai dari membuat folder issue (create Issue). Selanjutnya beralih ke fungsi Journal Manager.

Sepertinya target acara itu, redaksi dapat segera melakukan quick submit untuk mengisi kembali file publikasi yang hilang akibat kerusakan server. Pada acara tersebut belum membahas bagaimana proses penunjukkan editor dan reviewer.

Dari acara tersebut saya mulai mengenal OJS, dan selajutnya saya belajar OJS lebih lanjut dari “Mbah Google” dengan mencari OJS user guide, saat itu nemu versi lengkapnya dalam bahasa Inggris.

Mulai semester pertama 2016, saya yang “dianggap bisa” mulai diminta mengisi forum-forum rapat redaksi untuk mengenalkan OJS, minimal bagaimana membuat username dan alur distribusi naskah. Di antaranya di acara rapat redaksi Jurnal Nadwa, dan agak sedikit formal di hadapan redaksi Jurnal Psikohumaniora di kampus Ushuluddin.

Waktu terus berjalan. Pada semester kedua 2016 LP2M mengadakan workshop lanjutan dengan mengirimkan para redaksi ke sebuah sekolah jurnal yang dikelola oleh Prof Istadi & Team. Saat itu saya memohon izin kepada LP2M untuk bisa ikut menjadi “peserta tidak resmi” (untuk sekedar mendengar dan melihat dari meja belakang) tetapi tidak bisa, karena workshop bersifat “khusus”. Oleh karena itu, belajar dari PDF yang ada di internet menjadi cara belajar alternatif satu-satunya.

"Penunggu" Rumah Jurnal

Waktu terus berjalan, saya tetap menjadi pengasong jasa layout-cetak, saya masih handle layout Jurnal Walisongo. Pada akhir 2016 saya dapat info terkait Munas RJI I di Yogyakarta. Saya unduh info tersebut saya sampaikan ke Pimred dengan harapan saya bisa ikut, ternyata belum bisa di-acc.

Terkait adanya kebijakan jurnal diutamakan dalam versi online, maka tidak lagi difokuskan pada versi cetak, urusan cetak semakin sepi. Pada tanggal 10 April 2017, diminta bertemu beberapa pimpinan LP2M, dan dibahas rencana pembentukan rumah jurnal, saya yang diminta sebagai “penunggu”. Dengan tujuan sebagai "penjaga gawang" atau dalam bahasa Jawa "nggawangi" Rumah Jurnal jika ada redaksi mengalami kendala terkait OJS, ada orang yang bisa ditemui. Pada 17 April 2017 saya mulai menjadi penunggu rumah jurnal LP2M-UIN Walisongo.

Tutor RJI

Pada Mei 2017, ada informasi bahwa Relawan Jurnal Indonesia (RJI) akan mengadakan ToT pertama di Hotel Grand Cokro Yogyakarta. Saya coba sampaikan ke Pimred selaku Kapuslitbit saat itu. Mungkin karena biaya tidak terlalu besar dan saya sampaikan alasan pentingnya ikut acara tersebut, akhirnya di-acc. Saat itu saya ke Yogya, naik sepeda motor.

Dari acara RJI tersebut saya lebih mengenal OJS secara formal, karena ada semacam sertifikat. Sebab di beberapa workshop yang pernah saya ikuti sebelumnya, saya cuma peserta tidak tercatat. Dengan bergabung di RJI, saya dapat mengikuti perkembangan tata kelola jurnal, karena antar member biasa saling share di grup WA maupun Forum Relawan Jurnal.

Selepas dari ToT Yogya tersebut, Ketua Pengurus Daerah RJI Jateng Mas Yoris Adi Maretta (saat itu masih disebut Korda) mengumpulkan para Tutor RJI yang berasal dari Jawa Tengah di Kafe Hans Pleburan. Dari pertemuan itu disepakati untuk menggelar Roadshow Workshop RJI Jateng tentang apply jurnal ke DOAJ. Saya pun terlibat di acara tersebut, mulai dari Semarang, Tegal, Purwokerto, dan Surakarta, dan kota-kota lain.



Ketua RJI memberikan kata sambutan dalam Roadshow DOAJ RJI Jateng di Solo.

Pada ToT ke-2 pada Maret 2018 saya mulai terlibat sebagai panitia dengan salah satu tugasnya membuat logo event dan backdrop acara, dan tugas kepanitiaan lainnya.



Suasana outbond dalam rangkaian acara ToT ke-2 RJI.

Pada Agustus 2018 ikut terlibat dalam kepanitiaan jarak jauh, dan menjadi salah satu pemateri workshop dalam rangkaian acara Rakernas RJI 24-25 Agustus 2018 di Bandung.

Berikut logo event dan backdrop acara yang saya desain.


Foto bersama seusai acara Rakernas RJI di Hotel Cordella Bandung 24-25 Agustus 2018.

Sebulan setelah dari Rakernas RJI di Bandung, pada 26-27 September 2018 kira-kira 2 minggu pasca tragedi pesawat di Tanjung Karawang, saya mendapat tugas mendadak dari kampus untuk mewakili Pimred salah satu jurnal yang sedang berhalangan (sakit) ke acara evaluasi jurnal di Tangerang. Acara dimulai jam 2 siang, namun jam 11 siang baru berangkat ke bandara, karena menunggu berkas yang perlu dibawa. Para perwakilan redaksi lainnya sudah berangkat sekitar 6 jam sebelum saya berangkat, ambil jam penerbangan pagi. Untuk pertama kalinya saya naik pesawat terbang. Naik dengan perasaan waswas.


Bersama para redaksi jurnal UIN Walisongo di Hotel Allium Tangerang.


Berikut beberapa foto workshop RJI Jateng:

Foto bersama seusai acara Halfday all about Crossref di Hotel Grasi Semarang, 2019.


Bersambung....





2 Comments